Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Tidak ada yang sehangat masakan ibu

     Padahal baru beberapa hari tapi sudah merindukan ibu, lebih-lebih masakannya yang khas itu. Seperti kebanyakan anak, ia akan menempatkan masakan ibunya di klasemen teratas dari berbagai masakan yang pernah dilahapnya. Di luar sana memang tersaji kuliner yang menggiurkan, tetapi masakan ibu adalah yang nomor satu. Entah kenapa, apakah ini kebenaran subyektif semata, kalaupun iya tentu tidak masalah. Lha wong itu ibu saya kok, tidak ada salahnya menempatkan beliau di puncak daftar masakan terenak. Mungkin juga karena sedari kecil saya sudah disuap dengan nasi dan lauk pauk sehingga sampai sekarang rasa dan aroma itu melekat di lidah saya.        Padahal menu masakan ibu biasa-biasa saja: tempe goreng; sambal terasi; dan sayur daun kelor, tapi kelezatannya itu tidak ada yang menandingi. Apalagi ketika pagi hari mulut masih kelu karena air liur semalam, menambah kenikmatan saja. Saya jadi ingin pulang. Ah, padahalkan baru beberapa hari di kota orang...

Tulisan-tulisan sampah

     Akhir-akhir ini saya agak lesu menulis sebuah wacana. Bukan karena kehabisan ide tetapi karena terlalu lama menanti momen-momen yang pas untuk mempublikasikannya. Saya khawatir saja bahwa tulisan saya tidak merepresentasikan suatu momentum, jadinya agak absurd. Kadang kala saya berpikir bahwa buat apa menulis, toh juga tidak menghasilkan pundi-pundi uang. Memang hal itu biasa membayangi saya, tapi entah kenapa kalau tidak menulis seperti ada yang kurang dalam kehidupan saya sehari-hari. Menulis seperti menjadi rutinitas wajib. Walaupun hanya sekadar tulisan pendek semisal puisi atau kumpulan opini yang berserakan. Setidaknya ada yang harus saya keluarkan dari pikiran.      Yang menjadi problematika dalam menulis adalah judul yang saya buat tidak sesuai dengan tulisan dalam paragraf. Ini memang kontradiktif, tapi seperti inilah paradoksial kepenulisan saya. Seperti kata dosen sastra saya bahwa menulis itu bebas: orang boleh menulis sesuka hatinya, seen...

Di dalam pikiranku

Ketika aku jauh darinya Hanya ia yang selalu mengisi pikiranku, beterbangan liar di dalam kepala ke sana kemari mengitari langit-langit kecemasanku Aku khawatir jika aku ada di dekatnya akan membuat imajinasiku ke mana-mana Tidak karuan rasanya Apakah aku harus menyampaikan, lalu melega ? Sepertinya tidak segampang itu Kalau dia tidak mengharapkanku bagaimana?

Apakah kamu menungguku?

Lega rasanya ketika aku mendengarmu masih sendiri seolah-olah ada celah untukku mengisi Apakah kamu juga menungguku? Terkadang aku percaya diri akan pertanyaan itu tapi yang kutahu Aku tidak sendiri dalam mencintaimu Kutahu ini memang berat tapi satu hal yang membuatku bertahan  ada sesuatu yang berbeda dalam dirimu  yang tidak aku temukan dalam perempuan lain Aku tidak mungkin menyerah walau engkau menolakku berkali-kali Tidak mungkin sampai engkau dalam pinangan

Pertemukanlah aku dan dirinya

Demi Dzat yang mempertemukan Adam dan Hawa Muhammad dan Aisyah Pertemukanlah aku dan dirinya Walau cintaku tidak dibatasi ruang dan waktu tetapi rindu ini  menggebu-gebu tidak menentu Kenapa Engkau tidak pertemukan saja? Bukankah ini mudah buat-Mu? Aku tak tahu kelanjutan jalan cerita-Mu Tuhan, kenapa Engkau hanya menciptakan seorang saja? Bagaimana kalau dia menolak? Atau Engkau menciptakan hanya untukku saja? Satu dan selamanya

Kehidupan yang saya impikan

Menjenuhkan sekali hidup di dunia modern ini. Apa-apa dituntut untuk mengikuti sistem yang ada. Saya ini banyak tidak sukanya daripada sukanya. Semakin lama saya rasakan, hidup ini diukur dengan materi: uang, jabatan, dan penampilan menjadi hal yang wajib agar dihargai orang. Kalau hanya sekadar hidup saja tanpa memiliki apa-apa, jangankan dihargai, dikenali saja tidak bahkan diremehkan. Betapa sulitnya menjalani kehidupan yang penuh kebohongan ini. Sangat sulit bagi saya untuk mencari orang yang benar-benar menuju pada Tuhan. Katanya agamawan tetapi ujung-ujungnya juga cari uang. Mau bagaimana lagi saya diperintah oleh Tuhan untuk hidup di zaman modern ini. Kalau saya boleh memilih, saya ingin hidup sezaman dengan nabi. Sebab jika saya tidak tahu, tidak paham, atau kebingungan, saya bisa langsung bertanya kepada beliau. Akan saya ikuti semua perkataannya walau kadang kala di luar logika. Kalau dibandingkan dengan zaman modern ini, saya malah kebingungan sendiri. Bertanya kepada si A j...

Ketika saya ditanya perihal cinta

Apabila cinta memanggilmu ikutilah dia w alau jalannya terjal berliku-liku d an apabila sayapnya merangkummu, pasrahlah serta menyerah,  walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu d an jika dia bicara kepadamu, percayalah,  walau ucapannya membuyarkan mimpimu, bagai angin utara mengobrak-abrik pertamanan. (Kahlil Gibran)      Tolong jangan dipercaya tulisan ini, melainkan dibaca sekilas saja. Sebab saya sendiri sejak lahir tidak pernah memiliki pengalaman bercinta dengan seorang perempuan. Saya cenderung malu membahas dan mempublikasikan perihal cinta, tetapi saya penasaran ingin mencari tahu apa itu cinta. Absurd sekali memang, karena seorang lajang tetapi ingin berbicara mengenai cinta. Namun saya akan mencoba untuk menjelaskannya dari sudut pandang saya yang seorang lajang. Saya sering mendengarkan penjelasan seseorang mengenai cinta tapi belum ada yang memuaskan rasa kepenasaran saya. Wajar saja setiap orang memiliki definisinya masing-masing, apal...

Menyatu dalam rohku

Telah kubuka lebar pintu hatiku untukmu dan kumasukkan engkau  lalu kududukkan dirimu di tengah-tengah ruang hatiku bersama jiwaku Sampai tiba waktunya engkau milikku Kututup rapat dan kukunci agar engkau menyatu bersama segenap partikel-partikel dalam rohku Mustahil bagiku untuk melepaskanmu sebab telah aku segel dengan keimananku Kalaupun engkau mampu, engkau pergi bersama rusaknya hati dan jiwaku Tolonglah jiwa yang merana ini Bersamaku selamanya sampai tua Sampai di surga

Manusia modern

Manusia modern yang saya maksud adalah manusia yang hidup dalam kurun waktu dari abad ke-14 sampai sekarang. Itu berarti dari era renaisans sampai hari ini. Orang barat menganggap renaisans sebagai abad pencerahan karena dari situ  mereka mulai terlepas dari doktrin dan dogma agama atau bisa juga diartikan sebagai menjauhkan kehidupan manusia dari Tuhan. Mereka mengubah hukum Tuhan dengan rasionalitas. Saya menganggapnya bukan sebagai abad pencerahan melainkan abad penyempitan akal. Memangnya manusia bisa apa tanpa Tuhan? Kalau dipikir-pikir manusia modern semakin lama semakin hancur. Cara hidupnya semena-mena, sesuka nafsunya tanpa berpikir apa akibatnya. Manusia modern cenderung memilih cara yang cepat, yang instan, yang praktis, maka dari itu mereka tidak mengenal yang namanya kesabaran. Contoh kecilnya sering terjadi di sekolah dan di kampus. Para pelajar memilih cara pintas untuk mencari jawaban di mesin telusur web. Terburu-buru untuk mengejar hasil yang berupa angka-angka. M...

Mesin besar yang bernama industri

      Artikel ini bisa dianggap sebagai kelanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul Ditipu habis oleh globalisasi . Karena industri adalah cara paling efektif untuk mencapai tatanan dunia yang seragam. Industri masuk melalui pintu lebar yang bernama globalisasi dan dipersilakan oleh tuan rumah dengan karpet merah. Celakalah bagi tuan rumah karena mempersilakan orang yang tidak dikenal dan tidak tahu apa tujuan sebenarnya orang-orang di balik dunia industri. Dengan investor dan dana tak terbatas membangun megah imperium ekonomi dan lambat laun menginfiltrasi dan mengintervensi pemerintahan. Mengubah seenaknya regulasi negara agar sesuai dengan kepentingannya. Kalau perlu mengganti penyelenggara jika tidak sesuai dengan keinginan para pelaku industri. Karena era neo renaisans ini, uang lebih berkuasa dari pada pelaku politik, apalagi sistem politiknya adalah demokrasi di mana membutuhkan banyak dana untuk meraih dan mempertahankan eksistensinya.      ...

Ditipu habis oleh globalisasi

     Tidak seperti yang saya pelajari di sekolah. Globalisasi sebegitu mengerikannya bagi perubahan peradaban manusia. Sekolah tidak memberitahu saya bagaimana globalisasi yang sebenarnya dan apa perubahan mendasar untuk jangka panjang. Yang disebut di buku sekolah bukanlah konsep sebenarnya dari globalisasi. Ini bukan tentang kemudahan akses dan kesenangan duniawi tetapi ada mekanisme yang terselubung di balik pakaian menarik yang bernama globalisasi. Kita mengacuhkan dampak negatif dari globalisasi dan tidak menganggapnya sebagai ancaman yang serius, lalu terkecoh dengan manfaatnya yang tidak seberapa.        Globalisasi adalah menyeragamkan apa pun yang ada di dunia tanpa terkecuali, atau kalau di buku-buku menyebutnya sebagai pertukaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya apa yang ada di indonesia bisa diterapkan di amerika dan begitu juga sebaliknya, tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang dikampanyekan di sekolah dan media. Yang te...

Ketidaktahuanku waktu itu

Betapa bodohnya aku tidak menyadari cintamu sebab ketidaktahuanku waktu itu Aku memang tidak piawai membaca hati wanita sebab kukira engkau cukup aku rasa Sampai akhirnya aku berbalik mengejarmu lelah sekali tapi mau bagaimana lagi Aku sudah terlanjur memasukkanmu ke dalam hati yang tak berpenghuni Aku benar-benar dungu saat-saat ingin melupakanmu dan aku memang tidak mampu sebab engkau adalah setengah dari jiwaku Perempuan sekaligus rohku ingin kukatakan Aku sangat menyayangimu melebihi cintaku pada buku-buku

Terima kasih Maha Pengasih

Terima kasih Maha Pengasih Engkau memberkahiku dengan wanita yang Engkau pilih seperti yang kuminta 'kan kujaga sepanjang usia Tak mungkin aku menyakiti hatinya sebagaimana aku tak mungkin memenuhi larangan-Mu Tak mungkin aku menduakannya sebagaimana aku tak mungkin menyembah selain diri-Mu karena aku adalah dia dan dia adalah sebagian dari keagungan-Mu

Ini bukan salahmu

Jangan takut, ini bukan salahmu salahku sendiri kurang berani menemuimu Aku selalu ragu akan dirimu, terlalu takut atas penolakanmu Aku selalu membayangkan aku bukan pilihan utamamu. Selalu ada lelaki lain yang lebih baik dariku dari sisi mana pun, aku selalu merasa tak paling pantas memilikimu Jangan takut ini bukan salahmu aku menangis karena aku cinta padamu Jangan khawatir ini bukan ulahmu aku menangis karena Tuhan mengabulkan doaku Silakan usap air mata di pipiku akan aku hapus semua kegelisahanku Silakan dekap erat tubuhku agar aku terbebas dari belenggu masa lalu

Sekian lama kumenanti

Kenapa baru sekarang kamu ke mari setelah sekian lama aku menanti Aku kira kamu pergi dan takkan kembali mencari seseorang yang pasti kenapa tidak dari dulu? sudah percayakah kamu padaku? tak pernah aku berdusta, sekali pun itu aibku dan akhirnya kamu mau memilihku menjadi pembimbingmu bersama-sama menuju Tuhan Yang Maha Satu Engkau dara wujud kesempurnaan surga tak mampu kumenahan air mata yang mengalir deras dan sesenggukan mengagumimu, wanita yang selalu kusisipkan dalam sela-sela doaku

Tidak ada yang kebetulan!

     Saya termasuk orang yang tidak memercayai adanya kebetulan. Bagaimana mungkin sesuatu itu bisa terjadi tanpa ada pelaku yang merencanakannya. Kebetulan yang saya maksud adalah sesuatu itu terjadi dengan sendirinya, secara tiba-tiba lalu muncul sesuatu yang baru. Contohnya seperti ini, sering diajarkan di sekolah-sekolah, bahwasannya alam semesta ini tercipta dari hasil ledakan dahsyat partikel yang miliaran tahun lampau sehingga menciptakan alam semesta termasuk matahari, bulan, bintang, dan bumi yang begitu indah. Ketidakpercayaan saya bermula bahwa bagaimana mungkin sebuah ledakan menghasilkan sesuatu yang indah? Apakah itu kebetulan? Lalu dari mana partikel pertama ledakan dahsyat itu? Apakah partikel itu mampu menciptakan dirinya sendiri?       Atau saya kasih contoh yang lain, sepanjang sejarah peradaban umat manusia yang ribuan tahun lalu telah mengalami perubahan yang signifikan. 20 tahun yang lalu telah terjadi insiden yang mengubah wajah ...

Selama engkau milikku

Obatilah bekas luka ruang hatiku dengan ketulusanmu Bukan karena wanita sebelummu tapi kerinduanku padamu yang meronta-ronta Sentuhlah dengan kelembutan sukmamu dan tersenyumlah sepanjang waktu agar aku tak kembali pilu Cinta, Engkau wanitaku seorang dalam angan-angan tak terbesit pun wanita selain dirimu Cinta, Engkau setengah jiwaku tak 'kan kubiarkan engkau menderita Selama engkau milikku.

Kepada cinta yang entah

Kepada siapa aku berikan cinta Yang kujaga sejak remaja Aku tak tahu jawabannya Aku ciptakan rupa seorang wanita dalam bayang-bayang tak bernyawa Kurangkai satu per satu kesempurnaan dalam wujud Mahakarya Tuhan Engkau wanita pilihan langsung Sang Mahacinta Di mana engkau berada Kucari ke sana tidak ada Kuamati sia-sia Kugapai, hanya udara

Euforia-euforia

     Bergembira boleh-boleh saja, tapi kalo berlebihan tidak baik juga. Agak aneh memang memperingati gelar kejuaraan setiap tahun sekali. Apalah artinya. Seperti tidak ada yang diharapkan lagi. Seperti sudah selesai saja target sebuah klub. Masih banyak trofi-trofi yang lebih bergengsi daripada trofi kompetisi kemarin. Mungkin memperingati momen yang sakral itu bagus sekali, seperti hari jadi sebuah klub atau momen positif yang meningkatkan motivasi pemain selama mengarungi kompetisi yang sekarang, misalnya pernah mengalahkan tim lain. Itu berarti bahwa kita tidak memutus rantai sejarah, tapi kalau soal trofi, menurut saya tidak tepat. Bukannya saya tidak senang klub ini kembali meraih prestasi setelah sekian lamanya yang berpuluh tahun, itu pun dari tim juniornya, tapi sudahilah euforia tentang trofi musim lalu. Persiapan untuk mengarungi kompetisi yang akan hadir kembali ini yang lebih penting. Saya pribadi tidak menuntut untuk naik kasta bahkan menjadi juara, tetapi p...

Dialog antara dua "Aku" #10

     Gadis berbibir tipis itu menganggutkan kepalanya, "O jadi tidak ada manusia yang seratus persen buruk?"      "Tidak ada, pasti ada sedikit kebaikan darinya. Seperti Tuhan ini menciptakan makhluk-Nya itu sia-sia saja." Kata Rumi, "Yah, jangan dikira sesuatu yang kita anggap buruk itu pasti sepenuhnya buruk. Iblis itukan jahat, tapi ada sisi baiknya dari penciptaan iblis."      "Apa?"      "Karena adanya iblis kita jadi tetap menjadi orang baik."      "Bagaimana bisa?"      "Sekarang aku tanya padamu. Apa tujuan dari penciptaan iblis?"       "Untuk menyesatkan umat manusia."      "Lalu bagaimana agar kita terhindar dari tipu daya iblis?"      "Jangan mengikuti langkah-langkahnya."      "Itu berarti kita berlawanan dengan iblis, 'kan?"      "Iya."      "Jika iblis dipihak yang jahat, maka manusia dipiha...

Dialog antara dua "Aku" #9

     "Syukurlah, masih ada kemungkinan." Pria manis berkumis tipis itu menghela lalu mengembuskan napas, "Yah, perlu kamu tahu, tidak membaca buku waktu masih sekolah adalah salah satu penyesalanku."      "Kenapa?"   "Kamu tahulah membaca buku itu menyita banyak waktu, kehidupan ini terlalu singkat untuk membaca buku. Mungkin jika aku membaca buku waktu masih sekolah aku tidak akan seperti ini, menjadi pemuda yang tidak memiliki masa depan. Mungkin sejak sekolah aku bisa menemukan bakat dan minatku lalu menata dan mengembangkannya. Mungkin aku akan mengabaikan mata pelajaran yang kurang aku minati. Dulu kan tidak, semua aku pukul rata. Sekuat-kuatnya aku harus bisa mengikuti semua mata pelajaran sampai aku tidak punya satu pun bidang keahlian. Sampai sekarang aku menyesal tidak menemukan bakat dan minatku. Mungkin waktu itu aku akan serius belajar, tidak menyontek, membaca banyak buku agar bisa menulis secara menyeluruh, punya stok kata-kata yang meli...

Dialog antara dua "Aku" #8

     Ruang tamu bergorden cokelat berhiaskan bordiran kupu-kupu dan bertirai putih di belakangnya itu kembali lengang. Wiyah masih duduk terpaku di seberang Rumi yang berhenti menjelaskan ceritanya. Pria manis berkumis tipis itu mengganti posisi duduknya. Kaki kiri diangkat lalu diletakkan menyilang di atas lutut kaki kanan. Tangan kiri masih tergeletak di lengan kursi, sedangkan lengan tangan kanan atas masih bertumpu, lalu membentuk siku dan keempat jari menutupi kumis tipisnya dan ibu jarinya menempel di dagu bagian bawah, sehingga seperti membentuk burung flamingo. Dilihatnya sinar matahari semakin terang agak panas dari balik kaca lebar ruang tamu yang menembus halaman samping rumah. Mereka berdua saling menatap pandangan, namun sesekali Rumi membuang pandangannya karena tidak kuat dengan keindahan kedua bola mata Wiyah. Rumi masih menunggu apa saja yang akan ditanyakan gadis ayu tersebut. Wiyah lalu melirik beberapa buku yang mencuat tepat di atas rambut hitam Rumi....

Postingan populer dari blog ini

Sebuah lapangan sore hari

  Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...

Lebih berhemat di tiga tempat #2

“Kamu kuliah di mana?” Kataku kepada teman yang tak sengaja bertemu di suatu pertandingan bola voli.    “Tahun lalu aku rehat dari dunia sekolah, tapi bulan kemarin aku sudah mendaftar di Kudus.” Jawabnya sambil duduk di atas motor.      Kami berdua jarang bertemu tetapi saling mengenal dan akrab karena sering menonton pertandingan Persijap Jepara. Tentang bola voli hanya dia yang gemar bukan aku. Aku hanya ingin menonton teman-teman satu kampungku melakoni laga uji coba. Dalam pikirku yang tidak tahu mau berbuat apa setelah lulus sekolah, terbersit ingin kuliah di sana juga.      Aku sendiri pun seperti tidak begitu antusias mengambil kuliah jurusan manajemen yang di luar dugaan banyak sekali mata kuliah serba hitungan yang sering membuatku ingin berhenti saja, tetapi kali ini aku tidak menceritakan tentang lika-liku perkuliahanku di sana, tetapi lebih kepada bagaimana caraku mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya.      K...

Kalah

Ketika peluit ditiup aku selalu ragu, engkau akan membawa angka atau justru dibikin malu. Entah di kandang atau sebagai tamu. Aku sendiri selalu khawatir ketika bola di muka gawang. Mungkin saja blunder atau sekadar hoki. Berharap bola segera keluar dari area pertahanan. Semakin kencang dada ini berdebar. Disepak jauh beruntung berbuah angka, jika sebaliknya menembus batas akhir menampar jala, ritus-ritus kolega menaruh kedua tangan di atas kepala memasang waajah kecewa.