Langsung ke konten utama

Bukan pilihan

     Saya tidak pernah memilih untuk mencintai klub ini. Semuanya begitu saja terjadi tanpa mudah untuk dimengerti. Kalau saya telaah satu per satu memang benar saya tidak memilih klub ini. Sepertinya ada campur tangan tuhan di dalamnya dan pastinya ini sudah direncanakan bukan semata-mata kebetulan. Alasan saya sederhana sekali, saya lahir dan besar di kota ini. Saya gemar bermain bola dan satu-satunya klub sepak bola profesional di kabupaten ini adalah Persijap Jepara 1954. 

    Misal saja saya dilahirkan dan dibesarkan di kota atau pulau seberang, pastinya saya akan mendukung klub bola dari kabupaten tersebut. Secara materi memang tidak ada untungnya menjadi penggemar klub sepak bola, apalagi dengan prestasi yang itu-itu saja dan jajaran pemain yang biasa saja. Malah banyak ruginya, tapi kehidupan ini bukan soal materi saja, tetapi lebih kepada kepuasan batin, dan inilah yang terpenting walaupun sifatnya relatif juga. 

       Karena sering mengamati orang-orang di sekitar saya menonton Persijap Jepara, lama-kelamaan terbawa juga dalam arus mereka. Mau bagaimana lagi, sepertinya ini bagian dari jalan hidup saya dan akhirnya menjadi cinta. Kalaupun saya beralih mendukung klub lain tentu kadar cinta saya akan berbeda pastinya. Tidak sebesar seperti yang saya berikan pada Persijap Jepara. Apalagi klub baru tersebut tidak ada ikatan batin dengan diri saya, hanya nol besar pastinya. Bagi saya terkesan kaku jadinya bila tiba-tiba beralih atau bahkan mencintai dua atau lebih klub sepak bola. Sebab saya tidak bisa membagi cinta yang saya miliki. Saya hanya mau satu dan memberikan dengan utuh.

       Jadi saya ini memang dipilih tuhan untuk mencintai Persijap dan sepertinya saya menjalankan peran dengan baik. Saya pun tidak berani berpaling darinya. Mendukung Persijap bukanlah pilihan, sebab jika pilihan maka ada beberapa opsi untuk dipilih dan pada kasus ini, saya tidak diberikan opsi lain. Hanya satu tadi, Persijap Jepara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah lapangan sore hari

  Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...

Perempuanku

  Apa yang tidak aku temukan dalam ilmu pengetahuan, aku temukan dalam dirimu. Seolah-olah aku merasa bahwa aku menemukan diriku dalam dirimu Dan ternyata kamu adalah perempuan yang selama ini aku cari Dan ternyata kamu adalah bunyi yang aku hayati setiap pagi Dan untuk pertama kalinya aku bersaksi bahwa tiada perempuan selain engkau.   Aku percaya bahwa Tuhan yang menciptakan perempuan secantik engkau adalah Tuhan Yang Mahabesar dan Maha Pengasih.