Langsung ke konten utama

Tidak ada yang kebetulan!

     Saya termasuk orang yang tidak memercayai adanya kebetulan. Bagaimana mungkin sesuatu itu bisa terjadi tanpa ada pelaku yang merencanakannya. Kebetulan yang saya maksud adalah sesuatu itu terjadi dengan sendirinya, secara tiba-tiba lalu muncul sesuatu yang baru. Contohnya seperti ini, sering diajarkan di sekolah-sekolah, bahwasannya alam semesta ini tercipta dari hasil ledakan dahsyat partikel yang miliaran tahun lampau sehingga menciptakan alam semesta termasuk matahari, bulan, bintang, dan bumi yang begitu indah. Ketidakpercayaan saya bermula bahwa bagaimana mungkin sebuah ledakan menghasilkan sesuatu yang indah? Apakah itu kebetulan? Lalu dari mana partikel pertama ledakan dahsyat itu? Apakah partikel itu mampu menciptakan dirinya sendiri? 

     Atau saya kasih contoh yang lain, sepanjang sejarah peradaban umat manusia yang ribuan tahun lalu telah mengalami perubahan yang signifikan. 20 tahun yang lalu telah terjadi insiden yang mengubah wajah dunia islam, Gedung Kembar WTC (Pusat Perdagangan Dunia) telah runtuh rata dengan tanah hanya karena dihantam pesawat tanpa awak yang konon pelakunya adalah seorang muslim. Pertanyaan saya bagaimana mungkin gedung yang kokoh terbuat dari beton ,yang hanya dihantam bagian atasnya dengan pesawat yang terbuat dari besi ringan (alumunium), mampu runtuh hingga rata dengan tanah? Logika manusia mana yang mampu berpikir akan hal itu? Kalau ditonton ulang cuplikan runtuhnya gedung tersebut, asap yang dihasilkan tidak menandakan hasil hantaman pesawat (kebakaran) dan anehnya adalah runtuhnya gedung tersebut tidak miring melainkan vertikal dan rapi. Kebetulan macam apa jika ada yang berpikir seperti itu?

   Kemungkinan besar sebelum gedung itu runtuh, entah hari sebelumnya atau beberapa hari sebelumnya memang sengaja sudah dipasang peledak. peledak tersebut sering digunakan untuk merobohkan bangunan yang sudah tidak terpakai. 

    Atau kita mundur ke perang dunia pertama dan kedua berlangsung. Dari sekian peserta yang mengikuti perang tersebut adalah negara penjajah dan itu berarti ada negeri yang dijajah. Setelah perang dunia kedua selesai, 1945, banyak wilayah yang merdeka entah hasil jerih payah perjuangannya sendiri atau hasil pemberian negara penjajah. Setelah perang tersebut berakhir dibentuklah organisasi perserikatan bangsa-bangsa. Pertanyaan saya apakah mungkin orang yang dulunya menjarah, merampok, menindas, memperkosa lalu menjelma menjadi sosok yang berperikemanusiaan memberikan kebebasan terhadap wilayah yang pernah dijajahnya? Tidak rugikah mereka? Apakah mereka benar-benar rela melepas wilayah yang menjanjikan itu? Apakah itu kebetulan juga? Atau justru ini sudah direncanakan? Kebanyakan orang akan mengira setelah perang dunia selesai dunia akan baik-baik saja, aman-aman saja. Ternyata tidak, justru kebalikannya. Peperangan terjadi di mana-mana, perang vietnam, perang korea, perang teluk, dan masih banyak perang saudara lainnya.

     Contoh lain seperti ini, salah satu kejadian yang sering dialami oleh manusia dan dianggap sebagai kebetulan adalah transaksi jual-beli. Pernahkah kita memikirkan kronologi dan penyebab seorang penjual dan pembeli itu bertransaksi. Misalnya di forum jual-beli daring, ketika kita mengunggah barang dagangan kita lalu beberapa waktu ada pembeli yang tertarik, setelah sekian percakapan atau negosiasi lalu dibelilah barang dagangan kita. Pertanyaan saya, siapa yang mempertemukan penjual dan pembeli? Bagaimana jika si pembeli terlewatkan unggahan barang dagangan kita? Apakah pembeli akan tetap jadi membeli dagangan kita atau justru membeli produk orang lain? Apakah itu kebetulan? Jika tidak, siapa yang mengatur transaksi tersebut? 

     Memang sampai sekarang masih menjadi misteri alam semesta. Beberapa detik terlewatkan akan menghasilkan kejadian yang berbeda. Umat beragama akan mempercayai bahwa ada peran Tuhan dalam setiap kegiatan di alam semesta, tetapi yang tidak beragama mungkin saja menganggap ini sebagai kebetulan belaka.

  Sebenarnya masih banyak kejadian di sepanjang peradaban manusia jika kita benar-benar mempelajarinya. Saya sendiri memang tidak percaya yang namanya kebetulan. Terlalu banyak kebetulan di dunia ini. Satu atau dua kebetulan saya masih menganggapnya wajar. Semua sudah direncanakan entah itu yang merencanakan adalah manusia atau Tuhan. Semua kejadian yang saya contohkan tersebut di luar akal sehat manusia, tapi kebanyakan orang sudah terlanjur percaya dengan pemaparan yang disampaikan lewat media massa dan sekolah tanpa menelaah lebih lanjut dengan akal sehat mereka, kemudian menganggapnya sebagai kebetulan, atau mungkin saja mereka sudah menyadarinya tetapi karena khawatir mendapat stigma buruk oleh masyarakat. Maka dari itu orang-orang tersebut lebih memilih diam dan menjadi penurut agar kehidupannya aman-aman saja. Saya sendiri tidak bisa bersikap seperti itu karena dengan cara berpikir seperti itu saya seperti menipu diri saya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah lapangan sore hari

  Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...

Bukan pilihan

     Saya tidak pernah memilih untuk mencintai klub ini. Semuanya begitu saja terjadi tanpa mudah untuk dimengerti. Kalau saya telaah satu per satu memang benar saya tidak memilih klub ini. Sepertinya ada campur tangan tuhan di dalamnya dan pastinya ini sudah direncanakan bukan semata-mata kebetulan. Alasan saya sederhana sekali, saya lahir dan besar di kota ini. Saya gemar bermain bola dan satu-satunya klub sepak bola profesional di kabupaten ini adalah Persijap Jepara 1954.      Misal saja saya dilahirkan dan dibesarkan di kota atau pulau seberang, pastinya saya akan mendukung klub bola dari kabupaten tersebut. Secara materi memang tidak ada untungnya menjadi penggemar klub sepak bola, apalagi dengan prestasi yang itu-itu saja dan jajaran pemain yang biasa saja. Malah banyak ruginya, tapi kehidupan ini bukan soal materi saja, tetapi lebih kepada kepuasan batin, dan inilah yang terpenting walaupun sifatnya relatif juga.         Kar...

Lebih berhemat di tiga tempat #2

“Kamu kuliah di mana?” Kataku kepada teman yang tak sengaja bertemu di suatu pertandingan bola voli.    “Tahun lalu aku rehat dari dunia sekolah, tapi bulan kemarin aku sudah mendaftar di Kudus.” Jawabnya sambil duduk di atas motor.      Kami berdua jarang bertemu tetapi saling mengenal dan akrab karena sering menonton pertandingan Persijap Jepara. Tentang bola voli hanya dia yang gemar bukan aku. Aku hanya ingin menonton teman-teman satu kampungku melakoni laga uji coba. Dalam pikirku yang tidak tahu mau berbuat apa setelah lulus sekolah, terbersit ingin kuliah di sana juga.      Aku sendiri pun seperti tidak begitu antusias mengambil kuliah jurusan manajemen yang di luar dugaan banyak sekali mata kuliah serba hitungan yang sering membuatku ingin berhenti saja, tetapi kali ini aku tidak menceritakan tentang lika-liku perkuliahanku di sana, tetapi lebih kepada bagaimana caraku mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya.      K...