Langsung ke konten utama

Ketika saya ditanya perihal cinta

Apabila cinta memanggilmu ikutilah dia

walau jalannya terjal berliku-liku

dan apabila sayapnya merangkummu, pasrahlah serta menyerah, 

walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu

dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, 

walau ucapannya membuyarkan mimpimu, bagai angin utara mengobrak-abrik pertamanan.

(Kahlil Gibran)


     Tolong jangan dipercaya tulisan ini, melainkan dibaca sekilas saja. Sebab saya sendiri sejak lahir tidak pernah memiliki pengalaman bercinta dengan seorang perempuan. Saya cenderung malu membahas dan mempublikasikan perihal cinta, tetapi saya penasaran ingin mencari tahu apa itu cinta. Absurd sekali memang, karena seorang lajang tetapi ingin berbicara mengenai cinta. Namun saya akan mencoba untuk menjelaskannya dari sudut pandang saya yang seorang lajang. Saya sering mendengarkan penjelasan seseorang mengenai cinta tapi belum ada yang memuaskan rasa kepenasaran saya. Wajar saja setiap orang memiliki definisinya masing-masing, apalagi ini tentang makhluk tak nyata.

     Ada perbedaan antara cinta dan mencintai. Cinta, sebagai kata benda, adalah perasaan ketertarikan yang berasal dari sesuatu yang berbeda dan sebelumnya belum pernah dirasakan terhadap sesuatu atau seseorang yang berada di tingkat paling atas dan pastinya berasal dari hati. Maksudnya jika saya pertama kali bertemu seseorang, misalnya wanita yang cantik, lalu saya tertarik padanya, itu baru bernama suka belum sampai pada tahap cinta; tidak ada yang namanya cinta dalam pandangan pertama. Lalu ketika saya memberikan segala yang berbentuk positif tanpa dia memintanya, itu dinamakan sayang. Jika saya sudah melalui waktu yang lama sampai bertahun-tahun tetapi tetap tertarik padanya dan menganggap tidak ada ketertarikan pada wanita lain; itu bisa dinamakan cinta walaupun masih tahap rendah karena belum mengalami proses perjuangan atau masih benihnya. 

      Cinta itu mampu mengalahkan ego. Orang bisa marah jika kemauan dirinya dihalangi, tetapi itu akan berubah jika yang melakukan adalah orang yang dicintai. Ego seorang manusia akan kalah dari rasa cinta. Tidak peduli seberapa penting prinsip dan idealismenya, jika yang menyuruh orang yang dicintai maka akan meluluhlantakkan prinsip dan idenya. Sebegitu dahsyatnya kekuatan cinta bahkan mampu melakukan di luar kemampuan seorang manusia. 

        Cinta itu sifatnya datang dan tidak bisa dijemput. Ia akan mendatangi tiba-tiba dan jangan sekali-kali melawan cinta. Biarlah ia bersemayam dalam dirimu sebab jika kamu melawannya, ia mampu menyakitimu.

     Sedangkan mencintai, sebagai kata kerja, adalah memberikan cinta kepada objek ketertarikan beserta dengan keikhlasan. Karena ikhlas itu unsur utama untuk membentuk rasa cinta pada objek ketertarikan. Tidak mungkin seseorang yang mencintai tetapi masih memiliki rasa pamrih, misalnya setelah putus dari pasangan lalu mengungkit-ungkit pemberian berupa jasa maupun materi. Itu berarti belum mencintai tetapi masih dalam tahap menyukai.

      Hasil dari mencintai adalah bahagia. Bahagia dan senang itu berbeda, dan ini sering tidak dibedakan oleh manusia modern. Senang itu tergantung keadaan, misalnya ketika pasangan saya melakukan perbuatan yang saya sukai; saya bersukacita tetapi ketika ia melakukan perbuatan yang tidak saya sukai; saya bersedih. Sedangkan bahagia itu tidak ditentukan oleh keadaan, baik melakukan perbuatan yang saya sukai mauapun tidak; saya tetap bersukacita. Contoh lain yang ekstrem adalah ketika ada pasangan yang bercerai lalu wanita tersebut menikah dengan pria lain, tetapi ia masih tetap suka dan cinta pada wanita tersebut, itu berarti pria tersebut berada di tingkat teratas dari cinta dan itu tidak salah. Yang menjadi masalah adalah ketika pria tersebut berusaha untuk memiliki wanita tersebut. Jadi idiom love doesn't need to possess itu sangat berlaku bagi pendapat saya mengenai cinta.

     Mencintai itu tidak pernah menuntut, pecinta akan menerima ala kadarnya tanpa meminta untuk dicintai. Omong kosong, bila seseorang mengaku mencintai tetapi selalu menuntut pasangannya agar menjadi sesuai apa yang diinginkannya. Apalagi pecinta tadi tidak pernah mengerti dan berbagi kesenangan kepada pasangannnya.

       Objek dari cinta itu hanya satu, misalnya saya mencintai seorang perempuan, itu berarti saya hanya tertarik pada satu perempuan dan tidak dua, tiga, atau empat. Jadi konsep poligami, menurut saya, adalah seorang suami hanya pada tahap rasa sayang karena tidak mungkin membagi cintanya ke banyak istri. Atau cinta pada Tuhan, itu berarti hanya ada satu Tuhan yang saya sembah, tidak ada yang lain. Atau cinta kepada klub sepak bola itu berarti saya hanya mencintai kepada satu klub sepak bola saja, kalaupun saya memiliki dua klub sepak bola maka yang satunya adalah saya tidak mencintai melainkan sekadar suka.

     Idiom populer yang menurut saya kontradiktif adalah "istri tercinta" karena kata tercinta ini penyingkatan dari frasa paling dicinta. Ada dua hal yang saya kritik dari idiom tersebut pertama tentang penggunaan kata "paling". Ia termasuk superlative degree yaitu sebuah hasil tertinggi atau terendah dari perbandingan minimal tiga hal, kalau dua dinamakan comparative degree. Maksud saya seperti ini, jika seorang suami mengatakan "istri tercinta" seharusnya suami tersebut minimal memiliki tiga istri. Dari ketiga istri yang dicintainya itu ada seorang istri yang paling dicintai, dan yang paling dicintai itu disingkat menjadi tercinta. Itu berarti hanya ada satu istri yang paling dicintai atau istri tercinta. Apabila suami itu hanya memiliki satu istri, ia tidak bisa mengatakan idiom tersebut karena tidak ada istri lain yang dibandingkan dan anehnya idiom tersebut mampu mengecoh seorang istri dan justru membuatnya bangga. Yang kedua mengenai cinta itu sendiri. Karena memberikan cinta itu harus utuh, 100%, dan tidak bisa dibagi. Walaupun objek cinta itu bisa beragam tetapi target cinta tetap satu. Misalnya cinta kepada klub sepak bola, kota, dan negara. Itu berarti masing-masing hanya mencintai satu dan tidak ada yang lain. Idiom yang tepat untuk menggantikan "istri tercinta" adalah "istri yang kucinta". Karena si suami akan bersaksi bahwa tidak ada pasangan lain selain istrinya yang satu.

      Yang manusia modern lewatkan dari cinta adalah mereka mengira bahwa yang harus mendapat cinta adalah pasangan hidup, padahal tidak. Tumbuhan, hewan, laut, tanah, air, dan seluruh bagian dari alam semesta ini berhak mendapat cinta dan kasih sayang dari manusia agar keseimbangan alam terjaga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah lapangan sore hari

  Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...

Bukan pilihan

     Saya tidak pernah memilih untuk mencintai klub ini. Semuanya begitu saja terjadi tanpa mudah untuk dimengerti. Kalau saya telaah satu per satu memang benar saya tidak memilih klub ini. Sepertinya ada campur tangan tuhan di dalamnya dan pastinya ini sudah direncanakan bukan semata-mata kebetulan. Alasan saya sederhana sekali, saya lahir dan besar di kota ini. Saya gemar bermain bola dan satu-satunya klub sepak bola profesional di kabupaten ini adalah Persijap Jepara 1954.      Misal saja saya dilahirkan dan dibesarkan di kota atau pulau seberang, pastinya saya akan mendukung klub bola dari kabupaten tersebut. Secara materi memang tidak ada untungnya menjadi penggemar klub sepak bola, apalagi dengan prestasi yang itu-itu saja dan jajaran pemain yang biasa saja. Malah banyak ruginya, tapi kehidupan ini bukan soal materi saja, tetapi lebih kepada kepuasan batin, dan inilah yang terpenting walaupun sifatnya relatif juga.         Kar...

Lebih berhemat di tiga tempat #2

“Kamu kuliah di mana?” Kataku kepada teman yang tak sengaja bertemu di suatu pertandingan bola voli.    “Tahun lalu aku rehat dari dunia sekolah, tapi bulan kemarin aku sudah mendaftar di Kudus.” Jawabnya sambil duduk di atas motor.      Kami berdua jarang bertemu tetapi saling mengenal dan akrab karena sering menonton pertandingan Persijap Jepara. Tentang bola voli hanya dia yang gemar bukan aku. Aku hanya ingin menonton teman-teman satu kampungku melakoni laga uji coba. Dalam pikirku yang tidak tahu mau berbuat apa setelah lulus sekolah, terbersit ingin kuliah di sana juga.      Aku sendiri pun seperti tidak begitu antusias mengambil kuliah jurusan manajemen yang di luar dugaan banyak sekali mata kuliah serba hitungan yang sering membuatku ingin berhenti saja, tetapi kali ini aku tidak menceritakan tentang lika-liku perkuliahanku di sana, tetapi lebih kepada bagaimana caraku mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya.      K...