Langsung ke konten utama

Euforia-euforia

     Bergembira boleh-boleh saja, tapi kalo berlebihan tidak baik juga. Agak aneh memang memperingati gelar kejuaraan setiap tahun sekali. Apalah artinya. Seperti tidak ada yang diharapkan lagi. Seperti sudah selesai saja target sebuah klub. Masih banyak trofi-trofi yang lebih bergengsi daripada trofi kompetisi kemarin. Mungkin memperingati momen yang sakral itu bagus sekali, seperti hari jadi sebuah klub atau momen positif yang meningkatkan motivasi pemain selama mengarungi kompetisi yang sekarang, misalnya pernah mengalahkan tim lain. Itu berarti bahwa kita tidak memutus rantai sejarah, tapi kalau soal trofi, menurut saya tidak tepat. Bukannya saya tidak senang klub ini kembali meraih prestasi setelah sekian lamanya yang berpuluh tahun, itu pun dari tim juniornya, tapi sudahilah euforia tentang trofi musim lalu. Persiapan untuk mengarungi kompetisi yang akan hadir kembali ini yang lebih penting. Saya pribadi tidak menuntut untuk naik kasta bahkan menjadi juara, tetapi permainan yang elok ditonton itu yang lebih penting.

     Mau bagaimana lagi, kebanyakan pelaku sepak bola sudah terbuai dengan euforia. Trofi kemarin itu bukan segalanya. Biasa saja. Kita tidak perlu memperingatinya setiap tahun yang entah sampai kapan itu. Memang saya berbeda menyikapi hal ini. Bukan hanya trofi kompetisi kasta ketiga tetapi juga efek bagi psikis pemain. Kita tidak mungkin lagi menggunakan semangat yang sama. Kita sudah tidak lagi di kompetisi tersebut. Kita beranjak naik level, situasi dan kondisinya sangat berbeda. Tantangannya lebih terasa. Tekanan di mana-mana. Tidak mungkin berlarut-larut dalam gegap gempita dua tahun lalu. Cobalah beralih menggunakan semangat yang baru.

   Ini akan berbeda jika kita justru terperosok (kembali) ke kompetisi kasta ketiga. Sangat bagus mengingat momen tersebut. Sangat membantu psikis sebuah klub. Bisa menjadi acuan kalau kita bisa juara lagi, semangatnya masih sama, tapi perlu diingat itu di kompetisi kasta ketiga. 

   Jika kita masih mengingat-ingat momen tersebut, saya khawatir jika klub ini malah bukannya berkembang tetapi menjadi blunder, dinina-bobokan dengan pencapaian yang tidak seberapa itu, sudah merasa puas, dan tidak mau berusaha lagi. Apalagi musim ini permainan cenderung buruk. Sangat berbeda ketika menjuarai kompetisi kasta ketiga, tapi lawan yang dihadapikan berbeda? Memang benar, tapi bagaimana perbandingannya dengan komposisi pemain sekarang. Bukankah itu ekuivalen dengan kompetisi kasta kedua? Itu bisa jadi tanda tanya besar bagaimana mungkin kampiun liga bermain seperti itu. Bukannya fokus menata permainan malah mengingat-ingat momen yang berada di kompetisi yang berbeda. 

    Apakah saya tidak bergembira jika klub ini juara? Tentunya sangat gembira, lebih bahagia dari sebelumnya seolah-olah tubuh saya terasa ringan tanpa beban pikiran, tetapi saya tidak mau berlarut-larut dalam euforia, cukup disimpan di kepala saja, tidak perlu dirayakan setiap tahun. Masih ada pencapaian-pencapaian yang mungkin bisa diraih. Lagi pula trofi tersebut tidak begitu istimewa bagi khazanah persepak-bolaan nasional.

     Setahu saya tidak ada klub besar yang terlalu membangga-banggakan trofi kompetisi kasta ketiga. Saya tidak tahu klub ini dibangun ke arah mana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah lapangan sore hari

  Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...

Bukan pilihan

     Saya tidak pernah memilih untuk mencintai klub ini. Semuanya begitu saja terjadi tanpa mudah untuk dimengerti. Kalau saya telaah satu per satu memang benar saya tidak memilih klub ini. Sepertinya ada campur tangan tuhan di dalamnya dan pastinya ini sudah direncanakan bukan semata-mata kebetulan. Alasan saya sederhana sekali, saya lahir dan besar di kota ini. Saya gemar bermain bola dan satu-satunya klub sepak bola profesional di kabupaten ini adalah Persijap Jepara 1954.      Misal saja saya dilahirkan dan dibesarkan di kota atau pulau seberang, pastinya saya akan mendukung klub bola dari kabupaten tersebut. Secara materi memang tidak ada untungnya menjadi penggemar klub sepak bola, apalagi dengan prestasi yang itu-itu saja dan jajaran pemain yang biasa saja. Malah banyak ruginya, tapi kehidupan ini bukan soal materi saja, tetapi lebih kepada kepuasan batin, dan inilah yang terpenting walaupun sifatnya relatif juga.         Kar...

Lebih berhemat di tiga tempat #2

“Kamu kuliah di mana?” Kataku kepada teman yang tak sengaja bertemu di suatu pertandingan bola voli.    “Tahun lalu aku rehat dari dunia sekolah, tapi bulan kemarin aku sudah mendaftar di Kudus.” Jawabnya sambil duduk di atas motor.      Kami berdua jarang bertemu tetapi saling mengenal dan akrab karena sering menonton pertandingan Persijap Jepara. Tentang bola voli hanya dia yang gemar bukan aku. Aku hanya ingin menonton teman-teman satu kampungku melakoni laga uji coba. Dalam pikirku yang tidak tahu mau berbuat apa setelah lulus sekolah, terbersit ingin kuliah di sana juga.      Aku sendiri pun seperti tidak begitu antusias mengambil kuliah jurusan manajemen yang di luar dugaan banyak sekali mata kuliah serba hitungan yang sering membuatku ingin berhenti saja, tetapi kali ini aku tidak menceritakan tentang lika-liku perkuliahanku di sana, tetapi lebih kepada bagaimana caraku mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya.      K...