Kebanyakan lelaki ketika memiki banyak uang akan memilih untuk memiliki banyak istri, tetapi tidak denganku. Aku lebih memilih untuk memiliki banyak anak, sebab mereka tidak hanya akan mewarisi gen biologisku tetapi juga ideologisku. Untukku, satu orang istri sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginanku. Karena aku merasa sudah menemukan kelengkapan hanya pada seorang wanita saja. Kalau dipikir-pikir buat apa memiliki banyak istri tetapi mereka tidak benar-benar mencitaiku melainkan uangku. Bukankah manusia diciptakan berpasang-pasangan? satu laki-laki hanya untuk satu perempuan?
Salah satu problematika yang dialami seorang poligami adalah dia tidak menemukan kesempurnaan pada seorang wanita saja. Melainkan dia hanya menemukan satu keunggulan pada satu wanita lalu cepat-cepat ingin menikahinya. Lambat laun keunggulan tersebut akan memudar dan terkesan merasa bosan dengan seiring berjalannnya waktu. Misalnya seperti ini, seorang lelaki menikahi seorang wanita karena tertarik dengan kemolekan tubuhnya, tetapi dia melupakan sesuatu bahwa kemolekan tubuh wanita akan mengendur dan tidak menarik seperti dulu lagi. Kulitnya yang halus dan cerah mulai mengeriput, kedua payudaranya memulur, pinggangnya menggelambir, pantatnya tidak sekencang dulu, kedua kantung bola matanya menghitam karena sering begadang merawat anaknya.
Dan juga mata seorang manusia cenderung terbatas menjaga kualitas pandangan. Secantik atau setampan apa pun seorang manusia jika sering dilihat akan timbul rasa bosan, dan jika sudah muncul rasa bosan satu-satunya yang bisa menjaga hubungan kedua pasangan adalah rasa cinta. Karena cinta mampu menutupi keburukan dan kekurangan, tetapi tidak dengan mata apalagi nafsu belaka, dia jauh lebih lemah menjaga hubungan asmara. Sepanjang aku mengamati hubungan asmara, aku menemui satu fenomena bahwa jika ada sepasang kekasih dilatar-belakangi hubungan seksual, kemungkinan besar untuk berpisah itu ada. Karena nafsu manusia itu sifatnya sementara dan mudah memudar. Satu tahun pertama mungkin masih memungkinkan bertahan, tetapi tahun-tahun berikutnya sama seperti mata tadi, akan muncul rasa kebosanan juga, dan biasanya seorang lelaki akan merasa tidak tertarik karena rasa kepenasarannya sudah terjawab tentang seluk beluk pasangannya. Apalagi kalau wanitanya mulai menurun kualitas keindahannya. Para lelaki cenderung ingin mencari wanita lain untuk memuaskan nafsu birahinya.
Ada dua kemungkinan jika hal itu sudah terjadi, mereka akan
bercerai, dan jika si wanita menolak, maka si lelaki akan mencari jalan lain
yaitu “Berkunjung ke rumah bordil”. Inilah hal paling jahat yang dilakukan oleh
lelaki. Dia tega mengkhianati cinta dann ketulusan hati seorang istri walaupun
tidak sedikit juga para wanita melakukan hal yang sama. Mereka sama-sama tidak
menemukan kelengkapan dan kesempurnaan dari pasangannya. Memang untuk menemukan
kelengkapan dan kesempurnaan itu ada berbagai cara dan memiliki relativitas
yang berbeda, misalnya dengan bersyukur. Tidak apa-apa jika tidak memiliki istri
yang rupawan asal bisa memasak, kalaupun tidak bisa juga tidak apa-apa asal
bisa mencuci, kalaupun tidak bisa juga tidak apa-apa asal bisa merawat anak,
kalaupun masih tidak bisa juga tidak apa-apa daripada tidak memiliki istri.
Memang diperlukan rasa pasrah untuk bersyukur agar tidak memiliki beban pikiran
karena tidak semua keinginan di dunia ini bisa terpenuhi.
Seorang istri yang menyusahkan, merepotkan, menjemukan itu
tidak harus diceraikan. Perceraian bukanlah cara terbaik untuk menghadapi istri
semacam itu. Pekerjaan terbesar ada di suami karena ia yang berhak untuk
membina, mendidik, menegur, memberi contoh kepada seorang istri. Dengan melihat
keadaan seperti itu maka dibutuhkan lelaki yang bertanggung jawab, berpengetahuan,
berwawasan, dan bijaksana. Dan ini cukup berat jika dilakukan di era modern di
mana manusia mudah digoyah akal pikirannya dengan sajian-sajian yang tidak
bermutu.
Maka dari itu aku lebih suka memilih memiliki banyak anak
karena senakal-nakalnya anak bagaimana pun ia adalah anakku. Mengalir darah dan kelanjutan perjuangan hidupku. Semua hal yang terkandung dalam diriku akan membentuk karakter dan kepribadian mereka. Istri bisa saja
menjadi mantan, tetapi anak tetaplah anak bagaimana pun keadaannya. Kelak suatu
saat nanti ketika aku memiliki banyak anak, aku ingin membantu istriku untuk
mendidik mereka agar menjadi manusia yang sesuai seperti yang telah
dikonsep oleh Tuhan. Aku ingin mereka memiliki tingkat kepemahaman terhadap
kehidupan melebihiku. Aku tidak mempermasalahkan mereka akan menjadi dan
memiliki apa, asal jangan jauh dari Tuhan. Mereka tidak harus dan menjadi
sepertiku. Pilihan terbesar ada di tangan mereka. Aku hanya membantu mereka
untuk mewujudkan impiannya sekuat dan semampuku. Mungkin bila sempat di
sela-sela kesibukanku, aku akan mengajak mereka berdiskusi dan saling memahami
satu sama lain. Akan aku ajarkan semua apa yang kuketahui tentang kehidupan ini
dengan harapan mereka mau belajar dari kegagalanku dan tidak terulang kepada
mereka. Aku sudah mengalami kegagalan yang begitu fatal, semoga saja
anak-anakku tidak. Telah kusesali semua kegagalan itu.
Aku tidak akan memaksakan mereka untuk bersekolah asal mereka
masih mau belajar di mana pun saja. Karena
sejatinya sekolah adalah tempat untuk belajar. Ia hanyalah ruang saja dan tidak
lebih. Belajar bisa dilakukan di mana, kapan, dan dengan siapa saja. Suatu saat
aku perlu belajar dari anak-anakku
tentang banyak hal. Aku percaya bahwa mereka lebih tahu dariku. Aku percaya
bahwa terkandung banyak ilmu di dalam diri mereka.
Kalau bisa mereka memiliki kegemaran membaca buku sejak di
bangku sekolah dasar. Tidak sepertiku yang telat mengetahui kenikmatan membaca
buku di usia kepala dua. Nantinya aku ingin membuatkan mereka rak untuk menempatkan
koleksi bukuku agar mereka dengan mudah mengakses dan merawatnya. Tidak kubatasi
jenis buku apa yang akan mereka baca walaupun aku sendiri tidak menyukainya. Mungkin
suatu saat nanti aku akan lebih menghemat keuangan untuk membelikan mereka mainan
atau makanan, tetapi jika mereka meminta untuk dibelikan buku, maka dengan senang hati aku memenuhinya. Karena dalam otakku telah terpatri bahwa tidak ada
yang mengalahkan kenikmatan menyembah Tuhan selain mencari ilmu. Tidak apa-apa
bila badan ini terasa lapar asal masih bisa mendapatkan ilmu. Dan ilmu pengetahuan
juga tidak akan hilang walaupun manusia telah mati.
Kalaupun mereka tidak memiliki kegemaran membaca buku juga
tidak apa-apa asalkan mereka tidak memindahkan koleksi bukuku ke tempat lain
karena aku percaya suatu saat nanti keturunanku yang lain akan memiliki
kegemaran yang sama denganku. Aku percaya akan hal itu.
Komentar
Posting Komentar