Langsung ke konten utama

Postingan

Seratus tahun Tamansiswa

  Mendengar nama Tamansiswa, yang terlintas dipikiran saya adalah sebuah tempat yang menyenangkan bagi pelajar untuk mencari kebebasan, tapi itu berlaku seratus tahun yang lalu ketika Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah rakyat sebagai antitesis pendidikan kolonial. Pendidikan kolonial mencetak generasi tenaga kerja, buruh, karyawan yang dituntut patuh dan disiplin tanpa mempertanyakan segala sesuatu kebenaran yang ada. Ia tidak mungkin menciptakan manusia yang berpikir kritis, berprinsip, dan idealis. Tamansiswa bukanlah pendidikan barat yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai tolok ukur utama. Bukan yang pintar lalu mencurangi yang lemah. Tetapi spiritualitas, adab, dan budi pekerti adalah beberapa dari tujuan tamansiswa. Setelah kepergiannya Tamansiswa justru terseret arus pendidikan kolonial. Tamansiswa tidak lagi menjadi tamansiswa yang didirikan Ki Hajar pada tahun 1922 lalu. Semangat antipenjajahan itu memudar dan menuju kehilangan. Pendidikan karakter untuk membang...

Diberkatilah Maradona

For Argentinians, football is a religion. Every religion has its god, and the god of football is Diego. Suatu ketika tuhan turun ke bumi dengan segala keagungannya menjelma menjadi manusia yang lahir dari kalangan kelas bawah di Villa Fiorito, 30 oktober 1960. Kelahirannya diperingati sebagai Natal sekaligus penanda awal kalender para pemujanya, menggantikan penanggalan masehi. Dialah Diego Armando Maradona yang dikultus sebagai juru selamat sepak bola Argentina. Dialah alfa dan omega, awal dan akhir kehidupan. Satu-satunya di alam semesta. Dulu, kini, dan nanti. Kebesaran namanya akan abadi dan dikenang berbagai generasi. Bahkan sekelas La Pulga pun belum mampu mengganti kedudukannya. Inilah kisahnya. Dialah yang dibenci beberapa sekaligus dicinta berjuta penggemar Argentina. Dengan tangan kirinya yang kuasa membobol jala gawang Peter Shilton dari Britania. Atau mungkin Grand Jeté yang memukau. Menggiring bola melewati lima pemain sejauh 60 meter, solo run , disertai lompatan se...

Tidak tepat untuk saat ini

  Seperti biasanya dalam kebanyakan problematika, saya sering berbeda dalam mengambil keputusan. Bukan karena agar terlihat cerdas atau apa, tapi seperti ada penolakan karena hal-hal yang sifatnya ambigu. Yang saya rasakan adalah belum tentu yang itu pasti itu dan ini pasti ini. Bisa saja kelihatannya itu padahal ini, dan ini tetapi itu. Dari paradigma seperti itu saya sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Salah langkah dampaknya semakin rumit di esok mendatang. Terdengar berita tersebar dari layar ke layar bahwa akan ada bentuk penyampaian semacam keluh kesah dan harapan terkait masa depan Persijap Jepara. Saya sendiri tidak mengikuti pergerakan tersebut, sebab tidak ada rasa tega dalam diri saya bahwa menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih dari sesuatu yang saya cintai. Tidak ada keinginan yang memaksa, bahkan untuk menguasai sekalipun. Untuk saat ini dan musim-musim kemarin saya hanya bisa memberikan bentuk apa pun di dalam kemampuan saya. Maksud saya begini, kit...

Menulis dan menulislah!

  Penulis adalah pekerja kreatif Tidak ada yang sia-sia dari menulis Tidak ada yang salah dari sebuah tulisan Itu yang saya yakini.   Adalah kegiatan ini jarang dilakukan oleh kebanyakan orang dan ketika saya melihat seorang penulis, kata yang terlintas dalam kepala saya adalah orang ini keren sekali. Mungkin pembaca memiliki beberapa teman yang seorang ahli grafis, desainer, perupa, atau pelukis tetapi belum tentu pembaca memiliki seorang penulis. Sebab menulis bukanlah kegiatan untuk menghasilkan uang, melainkan lebih kepada berpikir dan berkontemplasi. Perlu banyak waktu untuk menghasilkan sebuah tulisan melalui proses mempertanyakan, mencari jawaban, dan merenungi secara dalam-dalam. Menguras banyak tenaga tanpa menghasilkan sepeser pun rupiah. Jika disandingkan mana di antara gambar atau tulisan yang lebih menarik mata. Tentu pastinya adalah gambar, dengan perpaduan warna-warna yang memanjakan kedua bola mata dan garis-garis yang membentuk rupa. Sehingga gam...

Stadion yang dibangun para penggemarnya

Pernahkah anda mendengar An der Alten Försterei? Kalau nama itu terasa asing di telinga anda bagaimana dengan FC Union Berlin? Cukup familiar, bukan? An der Alten Försterei adalah stadion yang dibangun langsung oleh para penggemar Fc Union Berlin selama kurun waktu satu tahun, 2008-2009. Iya, anda tidak salah membacanya. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Bila kita membicarakan sepak bola Jerman, maka kita tidak akan ada habis-habisnya membahas tentang inovasi dan profesionalitas baik federasi maupun klub-klub kontestan liga. Akan selalu ada ide dan gebrakan yang menarik dan bahkan belum pernah terpikirkan oleh sumber daya manusia pada umumnya, dari manajemen sampai penggemarnya. Memang benar Premier league adalah liga paling memukau di alam semesta, disuguhkan strategi permainan terbaik, media broadcasting yang termutakhir, dan bintang-bintang lapangan hijau, tetapi untuk urusan finansial yang sehat, stadion yang selalu penuh, talenta muda, koreografi yang menakjubkan, Bundesliga ...

Bilbao sampai Sankt Pauli

Seperti kebanyakan anak laki-laki dari Jepara pada umumnya yang bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola untuk Persijap Jepara, namun jalan hidup berkata lain. Saya bahkan tidak pernah mengikuti kompetisi sepak bola resmi manapun, dan saya pun bersyukur, menjadi pesepakbola di Indonesia tidaklah sejahtera seperti di liga-liga eropa. Apalagi untuk Persijap Jepara, tim yang beberapa tahun terakhir terseok-seok setelah turun dari super liga. Dari finansial sampai pembibitan. Saya tidak tahu apakah di klub ini ada semacam tim pencari bakat yang memiliki kecerdasan visioner dalam melihat bakat-bakat potensial anak-anak Jepara. Ketika saya membaca beberapa artikel yang beredar gratis di dunia maya, saya terkesan dengan dua tim dari eropa, Athletic Club Bilbao dan Sankt Pauli. Terpampang rapi di laman resmi Bilbao, Every single one of Athletic Club's players was either born in the Basque Country or brought up here . Saya terkejut dengan kalimat itu. Seolah-olah ketidakmungkinan di t...

Tidak, saya tidak akan berhenti!

Saya memang cenderung berbeda dalam mengambil keputusan. Terkadang harus berseberangan dengan orang-orang entah siapa pun itu, dan saya pun tidak ada niat untuk menyangkal atau mengajak berdebat. Perdebatan hanya memperkeruh suatu hubungan. Tidak mencapai titik temu, tetapi hanya ego semata yang diutamakan. Mengapa sangatlah berat mengesampingkan ego untuk mencapai kesepakatan? Orang tidak tahu apa yang harus disanggah, dipermasalahkan, diperbincangkan. Selama ini yang saya lihat hanyalah mendebat personalianya, kepribadiannya, bukan argumen atau pendapat yang diutarakan. Maka dari itu orang mudah marah jika dikritik, karena tersinggung martabat dan harga dirinya. Ini sangat signifikan dampaknya untuk pertemuan yang akan datang. Selama ini yang saya amati dalam ruang-ruang diskusi hanya membahas sesuatu yang sifatnya remeh-temeh, bukan esensi ataupun substansi. Mereka hanya berputar-putar dalam pembicaraan. Hanya berjalan di tempat tanpa ada langkah atau lompatan besar. Maka dari itu s...

Postingan populer dari blog ini

Perempuanku

  Apa yang tidak aku temukan dalam ilmu pengetahuan, aku temukan dalam dirimu. Seolah-olah aku merasa bahwa aku menemukan diriku dalam dirimu Dan ternyata kamu adalah perempuan yang selama ini aku cari Dan ternyata kamu adalah bunyi yang aku hayati setiap pagi Dan untuk pertama kalinya aku bersaksi bahwa tiada perempuan selain engkau.   Aku percaya bahwa Tuhan yang menciptakan perempuan secantik engkau adalah Tuhan Yang Mahabesar dan Maha Pengasih.

Sebuah lapangan sore hari

  Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...

Bukan pilihan

     Saya tidak pernah memilih untuk mencintai klub ini. Semuanya begitu saja terjadi tanpa mudah untuk dimengerti. Kalau saya telaah satu per satu memang benar saya tidak memilih klub ini. Sepertinya ada campur tangan tuhan di dalamnya dan pastinya ini sudah direncanakan bukan semata-mata kebetulan. Alasan saya sederhana sekali, saya lahir dan besar di kota ini. Saya gemar bermain bola dan satu-satunya klub sepak bola profesional di kabupaten ini adalah Persijap Jepara 1954.      Misal saja saya dilahirkan dan dibesarkan di kota atau pulau seberang, pastinya saya akan mendukung klub bola dari kabupaten tersebut. Secara materi memang tidak ada untungnya menjadi penggemar klub sepak bola, apalagi dengan prestasi yang itu-itu saja dan jajaran pemain yang biasa saja. Malah banyak ruginya, tapi kehidupan ini bukan soal materi saja, tetapi lebih kepada kepuasan batin, dan inilah yang terpenting walaupun sifatnya relatif juga.         Kar...