Saya memang cenderung berbeda dalam mengambil keputusan. Terkadang harus berseberangan dengan orang-orang entah siapa pun itu, dan saya pun tidak ada niat untuk menyangkal atau mengajak berdebat. Perdebatan hanya memperkeruh suatu hubungan. Tidak mencapai titik temu, tetapi hanya ego semata yang diutamakan. Mengapa sangatlah berat mengesampingkan ego untuk mencapai kesepakatan? Orang tidak tahu apa yang harus disanggah, dipermasalahkan, diperbincangkan. Selama ini yang saya lihat hanyalah mendebat personalianya, kepribadiannya, bukan argumen atau pendapat yang diutarakan. Maka dari itu orang mudah marah jika dikritik, karena tersinggung martabat dan harga dirinya. Ini sangat signifikan dampaknya untuk pertemuan yang akan datang. Selama ini yang saya amati dalam ruang-ruang diskusi hanya membahas sesuatu yang sifatnya remeh-temeh, bukan esensi ataupun substansi. Mereka hanya berputar-putar dalam pembicaraan. Hanya berjalan di tempat tanpa ada langkah atau lompatan besar. Maka dari itu saya tidak mau terlibat dalam arus diskusi yang tidak begitu penting. Membuang sia-sia energi saja. saya lebih memilih berdiam diri dan mengamati arah pembicaraan orang-orang. Saya khawatir jika orang-orang tercengang dengan topik yang saya angkat ke ruang diskusi yang hanya menciptakan musuh baru dalam hidup saya. Saya tidak ingin itu terjadi.
Saya selalu menghindari sebuah perdebatan. Saya lebih menyukai bertukar pendapat. Toh juga selama ini kita tidak tahu sebenar-sebenarnya kebenaran. Orang-orang hanya berpegang teguh kepada kebenaran subyektifnya bukan kebenaran yang mutlak, yang berasal dari Tuhan. Subyektif, hanya menuruti kemauan dan keterbatasan ilmu pengetahuannya. Padahal di luar sana masih ada dan bahkan lebih banyak lagi sumber kebenaran yang mesti kita minum bersama agar kehidupan ini tidak buta.
Sebenarnya banyak sekali bahan yang ingin saya perdebatkan, tapi toh kalau saya amati belum ada kesiapan baik dari partisipan dan tempat pelaksanaan. Saya belum menemukan di belahan bumi mana pun. Tapi saya akan berusaha mewujudkan ruang-ruang wacana yang diisi oleh orang-orang yang mampu berpikir terbuka dan meninggalkan segala ke-aku-an dan keuntungan pribadi. Orang-orang yang rela dikritik tanpa ada kebencian sedikitpun dalam hatinya. Orang-orang yang dilingkupi semangat pencarian kebenaran dan kesejahteraan bersama. Dan tidak ada yang salah dan benar dalam ruang tersebut, melainkan mampu atau tidaknya seseorang berpikir. Sebab setiap orang membawa pikirannya sendiri. Seseorang tidak bisa hidup dengan pikiran dan keyakinan orang lain. Karena dari keyakinannya itulah orang mampu bertahan sampai di penghujung usia. Orang boleh mempertahankan keyakinannya mati-matian, tapi jangan melupakan kebenaran yang kita tuju bersama. Tidak ada paksaan dan tindakan memaksa dalam ruang tersebut. Itulah ekosistem manusia yang saya impikan sejak tahun-tahun lalu dan entah berapa tahun lagi saya baru bisa menciptakan ruang ekosistem itu.
Saya akan terus berjalan dan berbuat sesuatu yang bermuara kepada kebenaran. Walaupun banyak batu sandungan yang siap menjatuhkan saya sewaktu-waktu karena saya memahami bahwa saya melawan arus pemikiran. Orang-orang berjalan ke depan mengejar materi, saya mundur perlahan-lahan. Orang-orang berbelok ke kanan, saya ke kiri. Orang-orang duduk berpangku tangan, saya berlari sekencang-kencangnya. Saya amatlah berbeda dan saya tidak peduli pendapat orang lain tentang saya. Termasuk prinsip, ide, dan jalan hidup yang saya pilih. Saya rasa sudah bulat dalam mengambil keputusan ini. Saya tidak akan pernah menyesal melakukannya, termasuk resiko-resiko yang sudah saya perkirakan, pertimbangkan, dan menyusahkan hidup saya. Saya tidak perlu mengurusi pilihan hidup orang lain, biarlah mereka hidup sesuai kehendaknya asal tidak mengganggu apa yang saya perbuat, dan tidak menghalangi jalan hidup yang saya pilih. Itu sudah lebih dari cukup.
Dan saya pun tidak akan pernah berhenti melakukan ini semua, termasuk membaca buku-buku yang orang lain enggan membacanya karena khawatir salah menafsirkan dan berakibat sesat pikiran, dan menulis tulisan-tulisan sampah yang saya usahakan setiap waktunya agar menjadi pupuk untuk pohon besar yang bernama keselamatan. Pohon yang siap menaungi umat manusia dari hujan tipuan dan terik panas kezaliman. Saya akan terus menyibukkan diri dengan memikirkan hal-hal yang di mata orang lain tidak penting, tetapi sangat berpengaruh dalam kehidupan saya. Tidak ada yang salah dari berpikir, sebab berpikir yang salah itu lebih baik daripada tidak berpikir sama sekali. Karena orang yang berpikir sesuatu yang salah, tetapi demi mencari kebenaran, maka suatu saat nanti kebenaran akan menghampirinya. Kalaupun sewaktu-waktu orang-orang memusuhi, saya justru bukan berhenti, tapi berlari lebih kencang, lebih bersemangat dari sebelumnya.
Saya, sampai
kapan pun, dua puluh bahkan enam puluh tahun lagi akan tetap menjadi orang yang
sama. Orang yang mencari kebenaran untuk keselamatan. Orang yang meninggalkan
kemauan dan ke-aku-an dalam diri saya. Orang yang rela menderita agar lebih
dekat dengan Tuhan. Orang yang mengabaikan kesenangan dunia yang sementara.
Orang yang memiliki karakter yang tidak bisa ditebak oleh siapa pun, sebab saya
amatlah berbeda dari yang orang-orang lihat. Orang lain bisa melihat fisik
saya, tetapi tidak mungkin memahami pikiran saya.
Komentar
Posting Komentar