Langsung ke konten utama

Tidak tepat untuk saat ini

 

Seperti biasanya dalam kebanyakan problematika, saya sering berbeda dalam mengambil keputusan. Bukan karena agar terlihat cerdas atau apa, tapi seperti ada penolakan karena hal-hal yang sifatnya ambigu. Yang saya rasakan adalah belum tentu yang itu pasti itu dan ini pasti ini. Bisa saja kelihatannya itu padahal ini, dan ini tetapi itu. Dari paradigma seperti itu saya sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Salah langkah dampaknya semakin rumit di esok mendatang.

Terdengar berita tersebar dari layar ke layar bahwa akan ada bentuk penyampaian semacam keluh kesah dan harapan terkait masa depan Persijap Jepara. Saya sendiri tidak mengikuti pergerakan tersebut, sebab tidak ada rasa tega dalam diri saya bahwa menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih dari sesuatu yang saya cintai. Tidak ada keinginan yang memaksa, bahkan untuk menguasai sekalipun. Untuk saat ini dan musim-musim kemarin saya hanya bisa memberikan bentuk apa pun di dalam kemampuan saya.

Maksud saya begini, kita tahu bahwa bisnis sepak bola modern memakan anggaran yang luar biasa banyaknya dan Persijap mengalami krisis finansial akibat menanggung beban pengeluaran dari musim ke musim tanpa ada sokongan dana yang banyak dari sponsor maupun tiket. Secara logika, pemilik sah saham akan menanggung semua beban tersebut. Jika ini diteruskan maka klub akan mengalami kebangkrutan dan ditinggal penanam modal karena mungkin saja dananya menipis, tidak menguntungkan sama sekali, atau tidak ada angin segar dari luar manajemen seperti yang pernah terjadi. Entah itu benar atau tidaknya, tapi saya sangat ingin berpendapat secara singkat.

Salah besar jika mencari keuntungan dari bisnis sepak bola indonesia. Pembaca pasti tahu sendiri garis besarnya. Saya memang bukan seorang yang pernah berkecimpung di dunia perbisnisan, terutama sepak bola. Tapi dari naluri saya mengatakan bahwa mayoritas penanam modal klub sepak bola tidak mendapatkan surplus atau bahkan keseimbangan, tidak untung dan tidak rugi, ceteris paribus.

Saya tahu berbagai pihak ingin memperbaiki klub dengan caranya masing-masing, tetapi jika ada tuntutan untuk juara liga dan naik kasta, maka tuntutan tersebut sangatlah tidak tepat untuk saat ini. Justru akan mematikan klub dengan sekejap mata. Mengingat anggaran untuk liga 1 jumlahnya berlipat-lipat dari liga 2. Itu bukan kebutuhan yang mendesak untuk Persijap Jepara, tetapi menyehatkan kondisi finansial adalah yang tepat. Entah itu dengan penambahan penanam modal yang baru atau menarik lebih banyak sponsorship. Saya kira pihak internal lebih tahu mekanismenya.

Sebagai seorang penggemar klub sepak bola, tentu saya menginginkan komposisi pemain profesional, permainan yang menarik, kemenangan, predikat juara, dan liga teratas. Tapi sebagai penggemar yang berusaha menjadi bijaksana, saya mencoba untuk membiarkan pihak pengelola meracik sebuah tim sesuai keinginan mereka. Toh juga saya sendiri bisa berkontribusi apa kepada klub? Hanya datang membeli tiket yang jika dikalkulasi tidak cukup menutup defisit anggaran. Kalaupun punya uang lebih hanya mampu berangkat tur laga tandang. Saya lebih memilih berkaca kepada diri saya sendiri. Saya tentu banyak kekurangannya.

Kita seharusnya bersyukur masih ada beberapa orang yang masih mau berderma dan mencurahkan tenaganya untuk klub ini. Saya tidak sedang menjadi penjilat atau penggemar yang hipokrit. Tetapi melihat keadaan tim yang memprihatinkan, saya memilih diam. Ini tindakan yang bijaksana menurut saya.

Namun saya tidak mencegah atau menghalangi pihak mana pun untuk menyuarakan pendapat dan aspirasinya. Setiap orang memiliki hak berpikir yang sama. Mungkin suatu saat nanti jika klub ini sehat secara finansial dan kuat secara mental, saya akan meminta lebih dan lebih dari klub ini. Tentang impian dan cita-cita yang pernah dan akan saya muat dalam laman ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah lapangan sore hari

  Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...

Perempuanku

  Apa yang tidak aku temukan dalam ilmu pengetahuan, aku temukan dalam dirimu. Seolah-olah aku merasa bahwa aku menemukan diriku dalam dirimu Dan ternyata kamu adalah perempuan yang selama ini aku cari Dan ternyata kamu adalah bunyi yang aku hayati setiap pagi Dan untuk pertama kalinya aku bersaksi bahwa tiada perempuan selain engkau.   Aku percaya bahwa Tuhan yang menciptakan perempuan secantik engkau adalah Tuhan Yang Mahabesar dan Maha Pengasih.

Bukan pilihan

     Saya tidak pernah memilih untuk mencintai klub ini. Semuanya begitu saja terjadi tanpa mudah untuk dimengerti. Kalau saya telaah satu per satu memang benar saya tidak memilih klub ini. Sepertinya ada campur tangan tuhan di dalamnya dan pastinya ini sudah direncanakan bukan semata-mata kebetulan. Alasan saya sederhana sekali, saya lahir dan besar di kota ini. Saya gemar bermain bola dan satu-satunya klub sepak bola profesional di kabupaten ini adalah Persijap Jepara 1954.      Misal saja saya dilahirkan dan dibesarkan di kota atau pulau seberang, pastinya saya akan mendukung klub bola dari kabupaten tersebut. Secara materi memang tidak ada untungnya menjadi penggemar klub sepak bola, apalagi dengan prestasi yang itu-itu saja dan jajaran pemain yang biasa saja. Malah banyak ruginya, tapi kehidupan ini bukan soal materi saja, tetapi lebih kepada kepuasan batin, dan inilah yang terpenting walaupun sifatnya relatif juga.         Kar...