Negara ini sudah berdiri selama 77 tahun dan tidak ada perbaikan yang mencolok dari masa ke masa. Kemiskinan masih merebak di mana-mana. Bagaimana mungkin negara sekaya dan seluas ini masih ada jutaan manusia yang masih kelaparan. Di tanah ini semuanya ada. Apa yang negara lain tidak punya, negara ini memiliki hingga melimpah ruah. Orang-orang dalam pemerintahan bukannya tidak mampu, tetapi sengaja membiarkan rakyatnya terseok-seok dalam kejamnya pemiskinan. Berkomplot dengan internasionalis. Memang seribu patriot masih kalah dari seorang pengkhianat yang hanya terbuai untuk memenuhi kerakusan dirinya. Berbagai sistem dan ideologi pernah dicoba, tetapi nihil hasilnya. Entah itu sosialisme, kapitalisme, liberalisme, dan isme-isme lainnya. Pancasila hanyalah tinggal namanya saja. Mungkin tinggal gambar burung garuda yang terpampang di dinding ruang-ruang publik. Tidak ada implementasi sama sekali. Pancasila hanyalah lima pasal yang selalu menjadi hafalan dan tameng u...
Saya kira musim ini dan seterusnya, saya tidak akan menonton bola lagi, tidak akan pergi ke stadion, tidak akan pergi ke luar kota untuk mengikuti laga-laga berikutnya. Saya kira saya akan menutup musim lalu dengan terpaku di kursi meracau tentang peluang-peluang yang terbuang sia-sia. Sehari sebelum peluit ditiup, saya akan merencanakan itu, berhenti menjadi penggemar klub sepak bola. Berita kematian dari media ke media menyayat hati saya sebab begitu mudahnya menghilangkan nyawa anak manusia yang masih memiliki perjalanan yang jauh. Manusia macam apa yang tega melakukan perbuatan itu? Atas dasar apa melakukan itu? Siapa yang mereka tiru? Dan yang lebih penting apa tujuan itu semua? Ketika pertandingan dihelat pada hari itu, maka di hari yang sama, siang dan malam menjadi instabilitas psikologis. Kejiwaan saya terombang-ambing di lautan ketidakpastian. Saya kerap khawatir mengenakan lambang atau nama klub dan komunitas yang terpampang di pakaian. Saya merasa tidak aman. Seolah...