Saya sendiri agak bingung dengan keimanan para penggemar bola masa kini. Bagaimana bisa mereka mencintai dua atau lebih tim sepakbola. Jujur saja saya tidak bisa. Saya hanya bisa fokus kepada yang satu. Saya menerima dan menjalani apa yang Tuhan pilihkan. Kalau kata Friedrich Nietzsche ini adalah amor fati. Yah walaupun sulit tapi di situlah letak keteguhan seseorang. Jika diibaratkan binatang, bagaimana mungkin seekor ayam ingin menjadi kambing atau seekor kambing ingin menjadi ayam. Masak ada ayam yang mengembik atau kambing yang berkokok? Itukan di luar kemampuannya, atau jangan-jangan mereka terjebak dalam arus liberalisme, kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa ada filter sebagai penyeleksi sesuatu yang harus dan tidak perlu dilakukan, atau mereka tidak memahami toleransi?
Toleransi itu seperti ini, saya mendukung tim kebanggaan saya tanpa memintamu untuk mendukung tim kebanggaan saya dan kamu mendukung tim kebanggaanmu tanpa meminta saya untuk mendukung tim kebanggaanmu. Saya tidak perlu mendatangi stadionmu apalagi sampai berpakaian layaknya kamu mendukung kebanggaanmu dan bernyanyi sampai lupa saya ini siapa, agar saya mendapat label sebagai orang yang berwawasan. Biarkan saya dengan kebanggaan saya dan biarkan kamu dengan kebanggaanmu dan saya tidak perlu mencampuradukkan kebanggaan saya dengan kebanggaanmu menjadi satu. Saya tidak perlu menghina dan memaki klub kebanggaanmu, begitu juga sebaliknya. Cukup saja saya membiarkanmu mendukung tim kebangganmu dengan caramu sendiri dan saya dengan cara saya sendiri.
Mungkin bukan di situ persoalannya, tapi lebih kepada kurang bangga dan cenderung tidak percaya diri dengan apa yang mereka miliki. Maka dari itu orang-orang tersebut mencari tim kebanggaan yang sekiranya lebih baik, lebih keren, lebih terkenal, dan lebih berprestasi. Maaf saja ini baru asumsi saya. Jangan serius ditanggapinya, karena ini menyangkut keimanan seseorang. Saya hanya penasaran dengan cara mereka berpikir. Satu adagium yang saya pegang sampai sekarang, "Bagimu kebanggaanmu; bagiku kebanggaanku."
Komentar
Posting Komentar